Perasaan kesal, marah, dan kecewa memang tidak dapat kita tahan dalam waktu yang lama. Bahkan jika terlalu banyak ditahan, tidak akan baik untuk diri kita. Sesekali meluapkan emosi diperlukan agar orang lain tahu bahwa ada yang keliru dari ucapannya dan perlu dibenahi. Akan tetapi, tidak semua orang ingin mendengar suara kita dan mengakui kesalahannya. Oleh sebab itu, selamatkan diri kita dengan memahami tujuan yang tepat dalam mengontrol emosi.
Seperti ketika kita mencangkan tujuan yang tepat pada mimpi-mimpi yang ingin diraih, menanamkan tujuan pada kontrol emosi juga membuat perasaan kita menjadi tertata. Hal itu membuat emosi tidak meletup-letup yang akan menjadi bumerang tersendiri. Termasuk jika kontrol emosi sudah tidak dapat dilakukan, kita tahu tujuan mengapa harus meluapkannya. Pastinya, ketika emosi dapat kita organisasi dengan baik. kita dapat menghemat energi dari sisa-sisa emosi agar tidak terulang kejadian sama di kemudian hari.
Memandang Kesedihan sebagai Bagian dari Kebahagiaan
Kesedihan adalah bagian kecil dari kebahagiaan. Setiap ada bahagia yang datang, pasti diiringi dengan kesedihan. Pernyataan inilah yang harus kita ingat sepanjang hidup agar tidak terperangkap dan larut dalam kesedihan.
Ketika ada hal yang membuat kita sedih atau marah, biasanya kita menjadi sangat kacau hingga merasa kebahagiaan jauh dari kita. Sedangkan di setiap harinya kita selalu diberikan kenikmatan oleh Allah yang tak dapat ternilai oleh apa pun. Nikmat hidup, nikmat sehat, nikmat memiliki tempat tinggal yang layak, nikmat memiliki tubuh yang sempurna, serta nikmat-nikmat yang lainnya. Janganlah kita menjadi hamba yang kufur dengan hanya diberi satu rasa sakit, malah melupakan sejuta nikmat yang pernah kita terima.
Konsep memandang kesedihan sebagai bagian dari kebahagiaan ini sedikit mirip dengan konsep
mencintai diri sendiri. Kita hanya bisa bahagia ketika kita telah melewati kesedihan dan bangkit. Hal itu dapat terjadi ketika kita sudah berdamai dengan diri sendiri, menerima keadaan yang ada, dan berusaha berubah.
Janganlah suatu perkara membuat kita marah dan ingin melampiaskan emosi. Namun, jadikanlah itu sebagai pengingat bahwa hidup tak selamanya indah. Kita harus mengalami jatuh bangun kehidupan untuk mencapai hidup yang lebih baik.
Dengarkan Pendapat/Keluhan, Tetapi Saring Dahulu Sebelum Sampai ke Otak
Seringkali ketika orang memberikan pendapatnya atau mungkin orang itu menjadikan kita sebagai tempat berkeluh kesah, kita merasa sangat terbebani. Perkataan yang diucapkan orang lain kerap menjadi toxic yang membuat keadaan menjadi memburuk. Ketika memikirkan hal itu pun kepala kita menjadi sakit dan seolah ingin mencari cara agar lupa dengan hal yang dikatakan orang lain.
Beberapa waktu lalu aku juga mengalami hal itu. Ketika banyak sekali yang menjadikanku sebagai sandaran, aku merasa kepalaku sudah tidak sanggup menahan semua itu. Sampai berada di satu titik, semuanya meluap dan rasanya ingin menyerah. Bahkan aku kerap menangis, menyalahkan keadaan, dan membiarkan pikiranku kacau dengan membayangkan hal-hal yang tidak patut dibayangkan.
Terkadang orang memang mengatakan sesuatu karena dia tahu kita bisa menerimanya dengan baik. Akan tetapi, tidak banyak yang tahu apa yang sedang terjadi pada diri seseorang dan menyimpulkan bahwa dia baik-baik saja. Hal itulah yang kerap kali membuat seseorang terbebani pada hal-hal yang seharusnya bukan arenanya.
Jika kita mulai merasa bahwa apa yang akan dikatakan orang lain hanya akan meracuni pikiran, kita bisa stop pembicaraan itu. Katakan keadaan yang sebenar-benarnya, jangan siksa diri untuk menerima hal yang mulai tidak dapat ditolerir oleh otak. Utarakan dengan bahasa yang sopan, sehingga orang lain tidak merasa tersinggung. Jika dia memang berada di pihak kita, pasti dia akan mengerti bagaimanapun keadaan kita.
Bersikap Bodo Amat
Pernah membaca buku 'Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat'? Buku itu merupakan salah satu contoh jika bersikap bodo amat itu penting terhadap kestabilan emosi. Bayangkan jika terlalu banyak hal yang kita pikirkan, pasti akan membuat pikiran menjadi overthinking dan kacau balau. Cuek terhadap hal-hal kecil yang mencaukan pikiran juga penting loh, asalkan tetap dalam porsinya. Jangan sampai karena terlalu bodo amat, banyak hal yang tiba-tiba hilang dan tak dapat kita temukan gantinya.
Bersikap bodo amatlah pada hal yang hanya meracuni pikiran kita. Contohnya ketika ada orang yang membicarakan kita di belakang, bersikaplah bodo amat karena mereka hanya tidak suka pada apa yang kita miliki. Namun, jika yang mereka ucapkan memang benar dan bermanfaat untuk kita, dengarkan dan saring informasi itu.
Bodo amat memang ada seninya. Tidak dapat kita lakukan pada segala hal karena akan menyebabkan hal buruk jika ditepatkan pada hal yang salah. Jika bersikap bodo amat untuk menjaga kestabilan emosi, lakukanlah semampu yang kita bisa. Jangan mulut berkata bodo amat, tetapi hati terus-menerus mendumel. Itu sama saja bohong.
Keluarkan Emosi Menggunakan Energi Positif
Tidak salah ketika kita sudah tidak sanggup lagi menahan emosi lalu mengeluarkan segala emosi itu. Namun, cobalah untuk menahan emosi negatif yang terpendam dalam diri kita. Utarakan emosi menggunakan energi positif, sehingga tidak akan memperburuk keadaan.
Apa sih energi positif itu? Energi positif dalam hal ini adalah pola pikir yang dewasa dalam menyikapi permasalahan dan berguna untuk menyadarkan orang lain pada hal keliru. Cara menyalurkan energi positif biasa dengan menarik atensi orang lain dengan membicarakan hal netral dan bertujuan untuk membuatnya paham mengenai emosi kita, atau dapat pula menyindirnya dengan metode pintar sehingga tepat sasaran.
Energi positif berhasil kita dapatkan jika kita sudah lebih dulu memiliki kontrol yang baik terhadap emosi. Jadi, pahami dulu bagaimana emosi itu dapat kita kelola dengan baik, barulah keluarkan emosi tersebut menggunakan energi yang positif. Karena mengeluarkan emosi tanpa dikelola akan membuat kita terlihat kurang terampil dalam mengamankan situasi.
Ingatlah Ini Bagian dari Ujian, Jadi Jangan Sampai Emosi Mengendalikan Kesadaran Kita
Allah menguji hambanya untuk menaikkan derajatnya. Ujian tersebut bermacam-macam, bisa berasal dari hal yang paling kita senangi ataupun dari hal yang paling tidak kita sukai. Oleh karena itu, sikapilah ujian hidup dengan baik, bukan dengan cara yang tidak dapat diterima dengan akal sehat.
Perasaan emosi yang begitu kacau, kerap membuat seseorang kehilangan semangat. Atas perintah otak, orang yang tidak dapat mengontrol emosinya akan melakukan apa pun untuk memuaskan perasaannya. Kontrol emosi sangat penting dalam menghalau hal tersebut. Karena orang yang emosi tidak akan tahu baik ataupun buruk, yang penting perasaannya segera tenang.
Ketika emosi, ingatlah hal membahagiakan yang pernah dialami. Tanamkan tujuan-tujuan hidup yang perlu kita raih, berserta mimpi yang belum dapat terwujudkan. Tersenyumlah dan tenangkan diri, perjalanan hidup masih lebih panjang. Jadi, jangan membuat emosi itu membuat semua perjuangan menjadi sia-sia.
Alihkan ke Hal Positif Agar Menghadirkan Berkah Tersendiri
Daripada memikirkan hal-hal yang membuat emosi, lebih baik lakukanlah hal yang berfaedah. Sumber kekacauan adalah kosongnya pikiran. Oleh karena itu, isi pikiran kita dengan hal yang kita sukai. Syukur-syukur dapat mendatangkan berkah.
Contohnya ketika ada seseorang yang meninggalkan kita, rasanya pasti sakit dan berasa mati rasa. Memikirkannya selalu membuat kita merasa bodoh dan lemah, sampai-sampai membuat kesehatan down. Lebih baik utarakan kesedihan karena kehilangan dia melalui tulisan, utarakan betapa berharganya dia dan betapa menyedihkannya hidup tanpa dia. Selain dapat membuat perasaan menjadi tenang, kita juga jadi lebih produktif dan memunculkan ide-ide baru untuk menciptakan karya.
Intinya, tidak setiap kejadian harus disesali. Kita berhak bahagia dengan cara kita sendiri, meskipun harus melewati perjalanan yang panjang, Dengan melakukan hal positif, kita dapat menunjukkan bahwa kita dapat menciptakan karya spektakuler di tengah keterpurukan. Itu akan membuat dunia bangga kepada kita.
Nah, begitulah cara mengontrol emosi yang dapat dilakukan selama bulan Ramadan. Jangan sampai di bulan Ramadan ini kita hanya mendapat lapar dan haus, tetapi pahala terus berkurang karena tidak dapat menahan emosi.
Hidup ini penuh dengan cerita yang menakjubkan, maka berbahagialah untuk dirimu sendiri. Dan kalau kalian punya cara atau cerita dalam mengelola emosi, bisa
sharing-sharing di kolom komentar ya.
Posting Komentar
Posting Komentar