Aku sangat menyayangi. Tidak tahu bagaimana mungkin ini dapat terus terjadi, tetapi rasa sayangku padanya memang tidak pernah berubah.
Aku tahu dia telah menorehkan banyak luka, bahkan aku memiliki banyak ketakutan sekarang karena hubungan yang pernah ada di antara kami. Namun, kurasa, dia sama denganku. Dia memiliki luka yang mirip denganku, tetapi tetap berusaha menyembunyikannya. Dia pun berusaha menjagaku agar tidak kita tidak sama-sama mengulang kesalahan di masa lalu. Sedangkan aku sudah banyak belajar dari apa yang terjadi.
Terkadang aku merasa bodoh. Selalu saja aku menerima dan memaafkan hal-hal yang telah membuatku hancur. Aku tidak tegas, meski itu untuk kebaikanku sendiri. Akan tetapi, aku punya prinsip untuk tidak menyiksa diri. Aku pernah kehilangan, sakit sekali rasanya. Nyaris seperti ingin mati. Lalu ketika obat dari kehilangan itu datang, mengapa harus kutolak? Aku berhak bahagia. Dan jika kebahagiaanku adalah bersamanya, aku akan memperjuangkan itu semua.
Kutahu bahwa banyak orang yang menyayangkan semua ini. Akan tetapi, mereka hanya menilai dari kacamata pribadinya, serta tidak tahu banyak tentang apa yang terjadi. Katanya, aku hanya memedulikan orang itu. Sedangkan tanpa semua orang tahu, aku memiliki trauma yang sangat dalam mengenai kesendirian. Dan aku benci ditinggalkan.
Dia adalah orang pertama yang ada untuk menyemangatiku, membuatku percaya bahwa aku bukanlah makna dari kegagalan. Ketika orang mengataiku tidak berguna, dia satu-satunya yang bilang bahwa aku ini sangat berharga. Tidak perlu mendengar kata orang lain karena kita harus bisa memperjuangkan kebahagiaan kita sendiri. Lalu ketika aku sedang down, dia yang berhasil menyemangatiku. Berkat kata-kata ajaibnya, aku merasa begitu nyaman dan tenang. Bahkan tanpa dia menanyakan apa yang sedang aku risaukan, dia sudah menjadi tempat terbaik untuk meringankan masalahku.
Aku menyadari satu hal. Apa pun rasa sakit hati yang pernah aku rasakan karena perilakunya, tidak pernah benar-benar membuatku membencinya. Aku hanya kecewa karena dia pernah setega itu dengan meninggalkanku, ketika aku berada di titik terendah hidupku. Aku selalu berharap dia akan merindukanku dan memintaku kembali, seperti yang selalu aku rasakan. Sayangnya, semua hanya mimpi yang tidak pernah dapat kucapai, dulu.
Kini, dia beserta seluruh kebahagiaanku telah kembali. Meskipun aku sering tidak mengerti mengapa ketika dia kembali, ada bagian yang turut utuh pada diriku. Lalu mengapa perjuanganku untuk melupakan harus berakhir dengan kembalinya hubungan kita? Apakah dia memang sepenting itu untukku, sampai aku tidak dapat terlepas darinya.
Apa pun itu, aku percaya iilah rencana baik yang Tuhan berikan padaku. Apalagi kutahu bahwa meski dia kembali, ada perbedaan yang jelas terasa. Mungkin kita sudah sama-sama belajar dari kesalahan dan pelan-pela mengubah apa yang salah.
Aku harap, semua akan berjalan seperti ini. Tidak lagi ada pertengkaran, apalagi kehilangan. Karena lebih baik aku pergi, jika hal itu kembali terulang.
Aku ingin hidup tenang, tanpa harus diselipi drama-drama yang menyesakkan. Dan aku ingin dia tetap bersamaku, menjadi bagian penting dari hidupku yang nyata. Aku ingin menghilangkan batas maya di antara kita dengan cara bertemu dengannya dan melihat matanya secara langsung. Kuyakin bahwa aku dapat melakukannya.
Posting Komentar
Posting Komentar