Beberapa hari yang lalu buku antologi yang kutulis bersama anggota Kelas Fiksi Komunitas ODOP pada bulan Maret, datang juga. Yeay! Akhirnya setelah tujuh bulan menunggu, aku dapat menikmati buku fisiknya.
Well, di sini aku tidak akan membahas tentang isi dari buku itu. Karena sebagai seorang reviewer, aku masih terlalu awam dan banyak reviewer buku yang lebih keren dari aku. Akan tetapi, aku ingin membahas sesuatu yang penting untukku.
Sedikit cerita, ya. Kemarin aku merasa gemas dengan tulisan yang kutulis di antologi itu. Selain karena cara menulisku pada buku itu kurang aku sukai (mungkin karena style-ku telah berubah), aku merasa perlu menjawab pertanyaan yang sempat aku tanyakan di tulisan itu.
Apakah aku harus benar-benar melepaskan Adriana seperti melepaskan Clarissa? Aku masih belum tahu. Penyelesaian masalahku dengan Adriana masib belum usai dan segala kemungkinan masih dapat terjadi.
Ya, Adriana. Itu adalah nama samaran yang kupakai untuk menceritakan seseorang. Dia adalah sosok teman, adik, dan orang yang ingin sekali aku lindungi. Sembilan bulan yang lalu, dia menjauh dariku dan membuatku tidak percaya pada arti kedekatan. Kemudian dua bulan yang lalu dia kembali datang dan meminta maaf atas apa yang terjadi.
Kaget. Bagaimana bisa setelah tujuh bulan dia membuatku seperti orang gila, yang terus memberi pesan tanpa dibalas. Dia kembali muncul dan mengajak move on dari masa lalu. Bahkan dulu dia pun tega memblokir kontakku karena salah paham yang dia buat sendiri.
Jujur saja ketika dia kembali, aku merasa sangat bahagia. Namun, tidak dapat dipungkiri pula bahwa luka yang telah digoreskannya pada hidupku, telah menciptakan sakit yang teramat dalam. Aku sontak berpikir, "Apakah dia tidak akan melakukan hal yang sama jika aku memberi kesempatan padanya untuk kembali?" Apalagi dia juga belum sepenuhnya menyadari mengapa peristiwa masa lalu itu dapat terjadi.
Tapi, aku menerimanya. Ya, aku tetap ingin menerimanya, dengan luka yang masih kuat kurasa. Setiap dia mengirim pesan, aku sengaja tidak langsung menjawab karena perlu memastikan bahwa aku sudah sanggup untuk bertukar cerita dan bercanda tawa dengannya.
Kadang aku seperti orang munafik yang selalu membohongi perasaanku, demi tetap bersama orang yang telah membuangku. Namun, aku hanya tak tega melakukan hal yang sama dengan mereka. Aku pun tidak sanggup melepaskan orang yang hendak bertahan denganku.
Apa aku bodoh? Mungkin iya.
Beruntungnya itu tidak bertahan lama. Beberapa waktu setelah terombang-ambing pada rasa tidak nyaman, aku berani mendatangi rumahnya dan memperjelas semua kembimbangan ini. Mungkin ini ide yang sangat gila. Karena meski satu kota, rumahku dan rumahnya memiliki jarak yang sangat jauh. Belum lagi aku tidak tahu letak tepat rumahnya. Bahkan aku pun tidak pernah pergi ke sana sendiri. Namun, perjuangan memang tidak pernah mengkhianati hasil. Perasaan ragu untuk menerimanya, mendadak hilang begitu saja berkat pertemuan itu. Hingga aku bertanya pada diriku, 'apakah arti tujuh bulan dia menjauhiku, kalau dia masih terlihat sedekat ini padaku'. Rasanya seperti tidak ada sekat di antara kami.
Kisah ini memang cukup menggelikan. Bisa-bisanya aku melewati hal yang sia-sia selama tujuh bulan, sementara semua baik-baik saja ketika dipertemukan pada satu ruang.
Meski begitu, aku tahu bahwa tidak ada yang sia-sia. Tuhan telah mengatur semuanya, termasuk mengatur bagaimana ketangguhanku teruji dengan peristiwa kehilangan yang telah terjadi. Dan aku jadi memiliki definisi kehilangan terbaru, yang tidak kutulis di buku antologi itu.
Kehilangan memang sesuatu yang mematikan. Ia membabat habis rasa percaya dan keinginan untuk kembali baik-baik saja. Berkatnya, kesedihan berhasil menggoyak kewarasan dan berakibat pada terbiasanya tubuh pada rasa sakit. Kehilangan mampu mengubah segalanya, termasuk perasaan nyaman ketika sosok yang meninggalkan telah kembali. Namun, waktu sangat ajaib dalam membolak-balikkan keadaan. Ia merenggut paksa semua kebahagiaan, tetapi mengembalikannya dengan kebahagiaan lainnya. Apa yang hilang, mungkin tiada kembali. Namun, apa yang berusaha kembali, jangan pernah dikekang. Karena akan ada kisah tak terduga di balik kembalinya orang istimewa.
Suka sama yg bagian akhirnya..
BalasHapusSemangat nah