Menceritakan buku favorit sebenarnya tema yang cukup menarik untuk diulas. Ya, mungkin akan begitu bila aku adalah seorang pembaca yang baik dan menggilai kegiatan membaca. Sayangnya, aku termasuk orang yang jarang membaca, biarpun bahan bacaannya tersedia di platform yang dapat kuakses secara gratis.
Benar. Bagaimana mungkin orang yang menyukai dunia literasi sepertiku menyebut dirinya sebagai orang yang jarang membaca? Ditambah lagi saat ini aku masuk ke jurusan Ilmu Perpustakaan yang untuk kebanyakan orang 'pasti suka baca'. Namun, apa salahnya? Kata orang, penulis ada karena dia rajin membaca. Yaps, itu benar. Tapi, setiap hal punya pengecualian, 'kan?
Sebenarnya aku bukan tipe orang yang anti-membaca, hanya saja aku mageran. Seperti anak muda lainnya, aku lebih suka rebahan dan malas-malasan, dibanding membaca. Tapi, jangan salah juga. Ketika aku sudah mulai membaca, aku akan menghabiskannya dalam waktu singkat. Apalagi jika bacaanku itu dapat menarik, aku bisa lupa waktu.
Oke, sepertinya sudah cukup basa-basinya. Karena tema hari ini adalah membahas buku favoritku, aku akan bercerita tentang buku favorit versi aku.
1. FASE
"Apa yang ada padamu sekarang, barangkali adalah impian banyak orang. Terlepas dari bagaimana letihnya perjuangan. Bagaimana sulitnya melanjutkan perjalanan. Masih banyak yang bisa dijadikan alasan agar kita tetap bisa bersyukur pada Tuhan."
Ini satu-satunya buku yang berhasil bikin aku balik ke Gramedia buat beli buku. Hehe, sesuka itu loh aku sama buku ini.
Awalnya sih aku cuma iseng buat lihat-lihat buku. Tapi, waktu lihat blurbnya, kok jatuh hati sih. Sayangnya, waktu itu aku belum punya uang buat beli. Lumayan pikir-pikir juga kalau buat beli buku dengan harga segitu. Ya, namanya juga cinta pada pandangan pertama, aku kepikiran terus sama buku ini dan akhirnya balik lagi buat beli. Tentunya pas udah punya uang.
Bagaimana dengan isinya? Sumpah, aku bingung bahasnya. Ini bukan novel, isinya adalah sekumpulan kata penyemangat yang membuat aku merasa tenang dan lebih bisa memaknai arti hidup. Rasanya kayak ada dorongan untuk terus semangat setelah baca buku ini. Cocok banget deh buat nyadarin orang yang suka lelah kayak aku.
Sebenarnya aku penasaran sama motivasi Kak Istiana ketika menulis buku ini, sampai bisa bikin aku jatuh cinta. Kebetulannya juga, aku lebih suka buku yang isinya menyemangati, dibanding novel-novel yang tebal. Dan buku ini pas. Saking sukanya, pernah aku pengin kirim pesan ke email Kak Istiana karena merasa terbantu dengan sesuatu yang dia tuliskan di sini. Tapi, aku malu sih, makanya enggak jadi.
2. Jingga Di Atas Kopi
"Jika aku sakit, lumpuh, kemudian mati, bukan salahmu yang tak benar menjagaku. Ini adalah takdir Allah. Ia meriasku sebelum datang menghadap-Nya."
Ini adalah novel teman dumayku, sekaligus partner in crime-nya aku. Aku bilang favorit bukan karena ini karya temenku loh, tetapi emang banyak pesan yang bisa diambil di sini. Aku terpukau sama tokoh Halim yang luar biasa dalam membesarkan dan mendidik anaknya, Mahvash. Kedekatan yang terjalin antara Mahvash dan Halim pun membuatku berkaca-kaca, kayak nyata aja gitu. Karena kebetulan aku juga sangat dekat dengan ayahku. Tapi, yang paling bikin aku penasaran adalah sama penyakit yang diderita Mahvash. Karena dari dulu aku suka cerita yang ada kisah sakit-sakitnya gitu, berasa greget aja. Meski aku berharap ada ending yang lebih tragis dari yang penulisnya tuliskan, tapi enggak mengurangi rasa sukaku. Kalo boleh request sih, aku pengin ditragisin lagi, Hehe.
Okelah, itu aja. Ini adalah dua buku yang lumayan aku suka. Sebenarnya setiap buku yang aku baca, pasti punya kesan mendalam dan membuatku terinspirasi. Tapi, dua buku ini memang yang melekat di pikiranku ketika harus menceritakan buku favoritku.
#30daysjournalingchallenge
#day3
@classicalclover_
Kirim dong bukunya.. Kamu kan udh kelar baca.
BalasHapusWkwkwkkw
Buku yg mana nih? Wkwk. Boleh aja sih, tp kasih seratus dulu ya buat ongkir 😂ðŸ¤
Hapus