Pada postingan kali ini saya akan memberikan ulasan mengenai cerpen yang saya baca di ngodop.com
Sebelum membaca ulasan ini, silakan mampir di http://www.ngodop.com/art/26/Kerinduan-Terakhir untuk membaca cerita lengkapnya.
*******
Kerinduan Terakhir
oleh: Winarto Sabdo
*******
A. Unsur Intrinsik
1. Tema
Cerita ini mengusung tema yang cukup menarik, yakni kisah cinta dua insan yang harus terpisah kerinduan karena si gadis pergi ke kota. Ujian pada kesetiaan cinta pun ikut menjadi tema pada cerita ini, ketika Arimbi berada di kota dan mulai terseret pada gemerlap hidup di kota. Perbedaan kehidupan sosial antara masyarakat desa dan kota yang diangkat oleh penulis, seperti menggambarkan keadaan yang ada di masyarakat sesungguhnya.
2. Tokoh dan Penokohan
*Protagonis:
- Yatijo: Cacat fisik, setia, penuh semangat, pemberani, tanggung jawab, sangat mencintai Arimbi.
- Arimbi: Cantik, tangguh, pemberani, berjiwa keras, pendendam, mudah terpengaruh keadaan, mencintai Yatijo.
*Antagonis:
- Narni: Licik, suka mencemooh.
*Tirtagonis:
-Warga desa.
-Asisten rumah tangga Arimbi.
3. Alur
Cerita ini menampilkan alur maju. Dilihat dari saat Arimbi berada di dokar, penggambaran kehidupan Arimbi di kota, kehidupan Yatijo yang terus menunggu kepulangan Arimbi, Arimbi terkena penyakit HIV, hingga pertemuan Arimbi dan Yatijo yang berkahir dengan kematian Yatijo.
4. Latar
a.) Latar Waktu: Sepanjang waktu.
b.) Latar suasana: Tegang, penuh kerinduan.
c.) Latar Tempat: Desa, hutan, kota kabupaten, Kota Surabaya, rumah Arimbi,
5. Sudut pandang
Menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu karena pembaca dapat berpindah dari isi kepala Arimbi ke Yatijo.
6. Gaya bahasa
Cerita ini menggunakan bahasa sehari-hari, sehingga mudah dimengerti pembaca. Penuturannya pun langsung pada intinya, sehingga tidak menciptakan kesan bertele-tele dalam menuturkan waktu yang panjang. Untuk penulisan ejaan dan pilihan kata, sudah termasuk apik dan sesuai dengan kaidah pada Ejaan Bahasa Indonesia (EBI). Meski pada beberapa kata terdapat penulisan yang kurang sesuai dan salah ketik.
7. Amanat
Dari segi Arimbi, dapat dipetik pelajaran bahwa kita tidak boleh terlalu percaya pada orang lain, meski itu adalah teman kita sendiri. Seperti Arimbi yang percaya pada ajakan Narni untuk mengejar mimpi di kota, malah harus masuk dalam lingkungan gelap yang membuatnya menjadi wanita penghibur. Meski demikian, menyimpan dendam kepada orang lain sampai tidak ingin melupakannya ketika orang tersebut meninggal, bukan hal yang baik.
Amanat lain yang dipetik pada sosok Arimbi adalah jangan sampai kekayaan membuat kita terlena dan lupa pada siapa diri kita sebenarnya, hingga tidak menghiraukan janji yang telah disepakati. Kekayaan memang penting untuk terus bertahan hidup, tetapi jangan sampai memakainya dalam keburukan atau untuk memuaskan hawa nafsu.
Pada cerita ini, kita diberikan pelajaran bahwa apa yang kita lakukan hari ini, akan memberi dampak pada kehidupan selanjutnya. Karena sering kencan dengan sembarang lelaki, Arimbi akhirnya terkena penyakit HIV. Hal tersebut membuat Arimbi menyesal dan bertaubat. Dia pun kembali ingat pada janjinya kepada Yatijo, yang hampir dilupakannya karena gemerlap kehidupan kota.
Di sisi lain, kita juga dapat mengambil pelajaran baik dari Yatijo, yakni mencintai seseorang dengan tulus. Meski Arimbi sudah sepuluh tahun pergi meninggalkannya, Yatijo tetap berpikir positif bahwa Arimbi akan kembali padanya suatu saat nanti. Bahkan Yatijo rela menjual sapi dan kambingnya, demi membangun rumah Arimbi yang rusak. Keyakinannya akan kembalinya Arimbi tidak pernah goyah, sekalipun orang-orang desa mengatainya gila. Dan benar, Arimbi memang kembali, tetapi menjadi sosok yang baru dan tidak dikenali Yatijo lagi. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa terlalu percaya dan menanti sebuah janji tanpa adanya kepastian, bukanlah hal yang baik. Mencintai seseorang dengan sangat pun tidak selalu membawa baik, logika harus diberlakukan dalam mencintai.
B. Unsur Ekstrinsik
1. Latar Belakang Masyarakat:
Banyak sekali orang yang berpikir bahwa bekerja di desa lebih menjanjikan karena dapat memberikan uang banyak. Pekerjaan di desa yang sebatas bertani, berladang, atau membantu orang tua, membuat orang-orang merasa bosan dan ikut saja ketika diajak bekerja di kota. Namun, kehidupan di kota tidak pernah seindah itu. Kota terlalu keras untuk pendatang, bahkan terkadang menjerumuskan. Tak jarang keinginan memperbaiki nasib malah berbuah pada malapetaka yang membuat kita menjadi korban kejahatan.
2. Latar Belakang Penulis
Cerita ini merupakan karya dari Winarto Sabdo, seorang pria yang lahir dan bertempat tinggal di Kabupaten Nganjuk. Hal ini berhubungan dengan gambaran cerita yang menggambil latar di kota kabupaten dan Surabaya, Jawa Timur.
3. Nilai yang terkandung
- Nilai Agama
Cerita ini mengandung nilai bahwa apa yang kita lakukan di dunia, senantiasa diawasi oleh Tuhan dan akan mendapat pelajaran setimpal dari-Nya. Terbukti dengan perilaku Arimbi yang menjadi wanita panggilan, membuatnya terkena penyakit HIV. Dan kita harus segera bertaubat kepada Tuhan atas kesalahan-kesalahan yang kita lakukan.
Di samping itu, kita harus senantiasa mengingat Tuhan serta menjalankan perintah dari- Nya, apa pun yang terjadi.
- Nilai Moral
Cerita ini memberikan penggambaran tentang pekerjaan sebagai wanita penghibur merupakan hal yang bertentangan dengan norma yang berlaku di dalam masyarakat.
- Nilai Sosial
Dalam cerita ini, warga desa memberikan sebuah julukan kepada Yatijo karena kecintaannya yang berlebih kepada Arimbi hingga berani menjual sapi dan kambingnya.
- Nilai Budaya
Cerita ini menggambarkan bahwa jika ada mobil mewah yang masuk desa, berarti itu adalah tamu dari sang kepala desa. Karena di desa masih jarang yang menggunakan mobil mewah untuk berpergian.
Keren..
BalasHapus