Untuk Mama …
Surat ini adalah bukti betapa
payah anakmu dalam mengungkapkan seberapa besar rasa sayangku padamu, Mama. Mungkin
engkau takkan percaya bahwa aku sangat mencintaimu karena hampir setiap hari
kita beradu mulut. Bagiku, sayang adalah hal yang sulit diutarakan. Banyak
sekali orang yang salah mengartikan ungkapan sayang karena tidak semua orang
terlihat langsung dalam ketulusan kasih sayang itu.
Ma, maafkan anakmu yang nakal
dan tidak pernah menurut ini. Maafkan juga bila aku terkesan berat ke Ayah. Ketahuilah,
bukannya aku selalu membenarkan sikap Ayah, tetapi aku memiliki wewenang untuk
menilai suatu fenomena. Dan, maaf, pilihanku jatuh kepada Ayah. Mungkin bagi
Mama, aku membela Ayah karena sejak kecil lebih dekat dengannya. Tidak, Ma,
Mama salah. Aku membela Ayah karena Ayah tidak lebihnya sebagai manusia yang jauh
dari kata sempurna dan dapat melakukan kesalahan.
Baik Mama ataupun Ayah, sangat
spesial dan membuatku merasa kagum. Aku kepada Ayah atas kelembutan dan sikap kasih
sayangnya yang tinggi dan jarang dimiliki oleh ayah-ayah lainnya. Namun, Mama lebih
luar biasa. Mama sudah banyak berkorban di masa lalu, kemudian di masa kini masih
terus berjuang. Segala beban berat yang Mama rasakan, tak kunjung membuat Mama
merasa lelah.
Ingin sekali mulutku
mengutarakan betapa banggaku memiliki ibu sepertimu, Ma. Akan tetapi, sikap keras
kepala dari kita berdua membuatku merasa gengsi. Kedekatan yang tidak terjalin
dengan nyata,seperti menciptakan canggung ketika harus saling mengutarakan
perasaan yang sebenarnya. Anakmu ini terlalu kaku, Ma. Anakmu sangat payah.
Setiap pertikaian kita,
membuatku merasa tidak enak. Bagaimana mungkin perkataan tak sengajaku dapat
menghujam seorang wanita hebat yang sangat aku sayangi, hingga tak sadar membuatnya
menitikkan air mata. Kata maaf pun sulit aku utarakan. Aku terlalu sibuk dengan
diriku sendiri.
Kadang aku iri dengan orang di
luar sana yang sangat dekat dengan ibunya, aku pun ingin seperti itu. Namun,
terlalu banyak sekat di antara kita yang membuat masing-masing tidak leluasa
bergerak. Harusnya kita saling memberi masukan, tetapi tidak pernah dilakukan. Reaksi
terhadap penolakan memenjarai kita dalam zona aman yang sebenarnya membuat
hubungan kian retak.
Ma, aku selalu berangan bahwa
suatu hari kita dapat saling menunjukkan kasih sayang dan dekat selayaknya ibu
dengan anaknya. Aku ingin membahagiakanmu, sebagai baktiku kepada wanita yang
dengan susah payah melahirkanku ke dunia. Doakan, ya, semoga aku bisa.
Salam sayang dari anakmu yang
nakal dan sering menyakiti hatimu.
Posting Komentar
Posting Komentar