Gangguan
mental dapat menyerang siapa saja, bahkan kepada orang yang tidak disangka akan
terkena gangguan tersebut. Tidak ada ciri khusus seperti apa seseorang yang
terkena gangguan mental karena sebagian besar orang yang terkena gangguan
mental akan bersikap selayakanya orang normal. Dapat pula mereka terlihat lebih
bahagia dari sebagian besar orang. Namun, di kala keadaan kosong, pikirannya berubah
kalut dan dapat melakukan berbagai hal untuk mengusir kesedihannya, salah
satunya melakukan self injury.
Beberapa
waktu lalu aku pernah membahas tentang self injury, berkaitan dengan
tekanan yang dialami anak dalam keluarga. Self injury sendiri berarti
gangguan mental yang dialami seseorang hingga memiliki kecenderungan untuk
menyakiti dirinya, baik menggunakan benda tajam ataupun tumpul. Sebenarnya self
injury banyak terjadi di masyarakat luas, terutama anak usia remaja. Hanya saja
tidak banyak yang menyadari adanya perilaku ini.
Meski
pernah membahas tentang ini, tetapi aku harus kembali berbicara tentang self
injury karena ada beberapa hal yang cukup meresahkan. Sedih sekali rasanya
ketika tahu salah satu temanku sedang mencoba untuk self injury. Mengagetkannya,
temanku ini tidak pernah menunjukkan bahwa dirinya sedang terkena gangguan
mental. Temanku cukup rajin beribadah, dewasa, ceria, dan selalu menjadi panutan.
Akan tetapi, gangguan mental memang dapat menyerang siapa saja, ‘kan? Oleh karena
itu, kita harus awas terhadap orang-orang sekitar. Dapat saja mereka sedang
mendapat tekanan berat dan membutuhkan bantuan kita sebagai teman untuk
menguatkannya
Sedikit
bercerita, beberapa hari ini aku diceritakan oleh temanku bahwa satu temanku yang
lain, sedang ingin melakukan usaha menyakiti dirinya sendiri. Sebut saja
temanku yang bercerita adalah A, sedangkan temanku yang berusaha menyakiti
dirinya adalah Z. A tiba-tiba bercerita tentang hal yang dilihatnya di kos si
Z. Ketika itu, Z duduk di lantai kosnya sambil meringkuk. Wajahnya murung dan
tidak banyak bicara. Lalu ketika A izin untuk Salat, entah bagaimana ceritanya,
Z mengeluarkan sebuah cutter. Awalnya A berpikir jika Z ingin
membunuhnya, tetapi tidak. Z secara tidak sadar berusaha untuk menyakiti
dirinya sendiri, dengan cara menusuk perutnya dengan cutter tersebut. Langsung
saja A merebut cutter itu dari tangan Z dan menasehatinya. Akhirnya Cutter tersebut disembunyikan oleh A agar
Z tidak dapat kembali menyakiti dirinya.
Z
sangat tertututp, jarang sekali bercerita tentang apa yang dirasakannya. Awalnya
pun, Z tidak ingin bercerita kepada A tentang bagaimana dia dapat melakukan self
injury. Akan tetapi, dia terpaksa bercerita karena paksaan dari A. Dari yang
diceritakannya, Z memiliki masalah yang cukup berat. Tidak jelas masalah
seperti apa, Z masih enggan menceritakannya. Hanya saja di setiap malam, Z jadi
sering melamun yang kelamaan membuatnya ingin menyakiti dirinya sendiri. Bahkan
Z hanya makan satu kali dalam sehari, yang membuat tubuhnya semakin kurus.
Cerita
dari A ini membuatku menemukan jawaban atas keanehan-keanehan Z selama ini.
Dari mulai Z yang belakangan sering melarang aku dan teman-temanku untuk datang
ke kosnya; Z yang sering melamun; Z yang ingin ke rumah sakit, tetapi merasa malu;
Z yang pernah kudapati menangis tiba-tiba; hingga Z yang pernah berkata bahwa
dia ingin tahu bagaimana rasanya menyakiti dirinya hingga berdarah-darah. Semua
bagai teka-teki yang tepecahkan, sekaligus membuatku merasa tidak becus sebagai
teman.
Saat
ini, aku dan beberapa temanku sedang berusaha mencari solusi untuk masalah Z. Kami
adalah sahabat yang ikut merasa sedih jika ada dari kami yang kesulitan. Apa yang
terjadi pada Z sekaligus menyadarkanku untuk lebih perhatian terhadap sekitar. Tidak
ada orang yang benar-benar bahagia, mereka butuh teman dan sandaran. Akan tetapi,
mereka bingung bagaimana memulainya. Akhirnya ketika pikiran kalut datang, mereka
melakukan hal yang tidak semestinya.
Tolong
perhatikanlah sekeliling kalian, adakah dari teman atau kerabat kalian yang berubah
perilakunya dan suka menyendiri. Bisa saja mereka sedang mengalami masalah
besar dan butuh teman untuk melegakan perasaannya. Temanilah jika ada yang seperti
itu, jangan biarkan dia menyendiri. Karena kesendirian dan kesepian adalah faktor
utama seseorang berani menyakiti dirinya.
Posting Komentar
Posting Komentar