Tulisan
ini adalah kisah tentang kunjunganku ke sebuah tempat bersejarah dan cukup sebagai
penambah wawasan mengenai tempat-tempat penting di Indonesia. Sebenarnya ada
banyak sekali tempat yang ingin aku ceritakan, terutama tempat indah di kotaku.
Namun, kali ini aku akan menceritakan satu tempat istimewa yang aku kunjungi
bersama teman satu angkatan kuliahku ketika sedang Kuliah Kerja Lapangan (KKL).
Tempat yang aku
kunjungi adalah Museum Nasional. Museum ini terletak di Jalan Medan Merdeka Barat No.
12, Gambir, Jakarta Pusat. Tepat di pusat Kota Jakarta.
Jika kalian sedang berada di Jakarta dan ingin ke museum ini, kalian dapat
menggunakan KRL dan turun di Stasiun Gambir atau dapat pula naik transjakarta.
Pukul
09.00 WIB, aku dan teman-temanku sampai di Museum Nasinonal, sebelum diagendakan
pergi ke Galeri Nasional dan Universitas Indonesia. Perjalanan beredukasi ini,
sengaja memadukan GLAM (Gallery, Library, and Art Museum), sebagai kajian
penting dari bidang studiku. Butuh waktu kira-kira tiga puluh menit untuk sampai
di Museum Nasional, relatif cepat mengingat Jakarta adalah kawasan dengan
jalanan yang cukup padat. Hari itu langit terlihat mendung, cukup teduh untuk
melakukan perjalanan di Jakata.
Museum Nasional,
pasti bangunannya sangat besar dan koleksinya pun lengkap. Itulah pembayangan
yang muncul ketika hendak mengunjungi Museum Nasional. Akan tetapi, pemikiran tersebut
lenyap ketika yang terpapar di hadapanku pertama kali hanyalah pelataran luas
dengan beberapa arca yang tidak aku ketahui maknanya.
Seperti ini gambarnya:
Pihak
panitia mengatakan bahwa kami akan berkunjung di sini sampai pukul 10.30 WIB,
padahal saat itu kami saling malas untuk mengelilingi museum ‘kecil’ ini. Akhirnya
kami terpaksa berkeliling museum untuk berpoto-poto dan memasuki sebuah Ruang
Sejarah dan Kebudayaan. Ruangan tersebut memamerkan kotak-kotak kaca yang di
dalamnya terdapat benda-benda bersejarah, dengan di sebelah kanan terdapat
penjelasan mengenai benda-benda tersebut.
Aku
katakan bahwa Museum Nasional cukup menipu. Ya, tentu. Museum yang awalnya aku
kira hanya memiliki sebuah pelataran luas dengan arca dan prasasti di kanan-kirinya,
serta sebuah ruangan yang memamerkan sedikit display sejarah. Ternyata hanya
sebagian dari keseluruhan museum.
Tempat yang aku
kujungi pertama kali adalah bagian dari pintu masuk museum. Ketika aku
melanjutkan perjalanan untuk keluar dari museum, terdapat lorong di sebelah
kiri yang akan menjadi jalan untuk melihat kemegahan museum yang sebenarnya.
Museum
Nasional memiliki dua gedung, yakni gedung A dan gedung B yang didominasi
dengan warna putih dan memiliki keramik dengan warna yang relatif gelap. Gedung
A terdiri dari satu lantai, sedangkan gedung B terdiri dari empat lantai. Kedua
gedung ini berdiri dalam satu tempat dan hanya dipisahkan dengan beberapa sekat.
Gedung B sangat luar biasa, begitu luas dengan setiap lantainya dihubungkan menggunakan eskalator dan lift pengunjung. Uniknya, pada Gedung B, koleksi ditempatkan bukan berdasarkan jenis koleksi, melainkan setiap lantainya mewakili masing-masing subtema. Lantai satu, tentang Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Ekonomi. Lantai dua, tentang Organisasi Sosial dan Pola Permukiman. Lantai tiga, tentang Khasanah dan Keramik. Sedangkan lantai empat, tentang Religi dan Kesenian.
Aku
mengelilingi museum ini besama satu temanku yang juga teman dudukku di bus. Temanku
ini suka sekali berswafoto, sementara aku lebih suka memfoto benda-benda yang
ada di sana untuk dipamerkan ke media sosial. Satu tempat foto yang paling
kuingat adalah diorama dengan gambar manusia purba di sebuah lingkungan hijau,
dengan pemandangan desa di belakang manusia purba tersebut.
Naik
ke lantai dua, aku semakin dibuat takjub dengan cantiknya desain interior pada
Museum Nasional. Aku pun menghabiskan waktu lebih lama untuk berkeliling di
lantai dua, dibanding dengan lantai-lantai lainnya. Pada lantai ini terdapat bangunan
serta benda bersejarah khas suatu daerah yang kebanyakan ditutupi kaca,
tujuannya agar melindungi benda-benda tersebut dari tangan-tangan jail.
Untuk
lantai tiga, tidak terlalu banyak aku kunjungi karena sudah lelah mengunjungi
museum super luas ini. Keterbatasan waktu pun membuatku tidak dapat meneruskan
perjalanan karena sudah diminta kembali ke bus. Akhirnya aku dan teman-temanku
kembali ke bus untuk berpindah ke Galeri Nasional, meski ada pula temanku yang ngeyel
dengan naik ke lantai empat karena merasa belum puas.
Seruuu kayaknya yaa. Rame2 gitu 😅😅😅
BalasHapus