Tiga tahun sudah aku menjadi
bagian dari dunia maya. Ya, waktu yang cukup lama untuk membangun sebuah
kedekatan dan merasa bahwa orang-orang di dunia maya adalah keluargaku. Meski hanya
bertemu di balik layar, tidak jarang mereka membuatku bahagia. Mereka dapat
berperan sebagai orang tua, kakak, adik, bahkan anak. Meski maya, tidak satu
pun kedekatan kami, aku pandang sebagai hal yang maya. Naif memang, tetapi
tidak pernah aku membedakan diriku yang ada di dunia nyata dengan yang ada di
dunia maya. Bahkan namaku pun tidak kusamarkan, bahkan lengkap dengan nama
panjang.
Memasuki dunia maya adalah hal
yang tidak pernah aku kehendaki. Semua bermula karena kesukaanku terhadap platform
Wattpad yang membuatku sering membaca dan menulis di sana. Ada banyak sekali
buku di perpustakaanku, sampai-sampai aku pusing sendiri memilahnya. Lalu suatu
ketika, aku mendapatkan notifikasi adanya pembukaan grup Line untuk semua pembaca
buku yang saat itu aku sukai. Jangan bertanya apa judul bukunya, aku sudah
lupa. Yang jelas, itulah awal mulaku masuk ke dalam dunia yang mengantarku pada
kisah bahagia sekaligus pilu.
Dulu jangankan harus mengimbangi
percakapan di balik layar, memegang handphone saja aku jarang. Bahkan pada masa
itu, aku paling malas jika harus membeli kuota. Untuk apa? Toh, penggunaaan
internet belum seramai sekarang. Apalagi handphone-ku tidak begitu bagus saat
itu. Namanya juga handphone yang dibeli usai mendapatkan uang lebaran.
Saking sulitnya aku mengimbangi percakapan
di balik layar, aku tidak sampai seminggu berada dalam grup Line. Ya, aku out
tanpa pamit saat itu karena melihat orang-orang melakukan hal itu. Tidak sopan
memang, tetapi sungguh, aku buta dengan dunia Line.
Berbulan-bulan lamanya, aku
tidak pernah masuk lagi ke dalam dunia Line. Aku merasa diri ini terlalu payah
dalam membangun kedekatan di dunia maya. Jangankan dalam lingkup maya, pada
teman-temanku di dunia nyata saja butuh waktu satu tahun lebih untuk menjadi
biasa. Akan tetapi, maraknya grup Line kelamaan membuatku ingin kembali berkelana.
Di sisi lain, aku dibuat berpikir, bagaimana jika aku mengulang hal sama. Apakah
aku akan keluar tanpa pamit lagi?
Aku mencoba untuk bertanya kepada
satu temanku dan dia menyarankan untuk kembali mencoba. Kegelisahanku saat itu
adalah notifikasi Line yang membludak dan membuat handphone-ku cepat panas. Kemudian
temanku menyarankan agar aku mematikan saja notifikasinya. Akhirnya aku kembali
masuk ke dalam grup Line. Beruntungnya aku sudah lebih luwes dari sebelumnya,
aku berhasil mengikuti gaya percakapan mereka. Belum lagi, aku sempat terbawa
gaya percakapan ‘gue-lo’ khas mereka, yang sebenarnya membuatku tidak nyaman.
Mereka membuatku lupa bagaimana cara menjadi pendiam, yang sekaligus
membiasakanku untuk menceritakan kisah yang aku alami di dunia nyata. Aku sudah
merasa nyaman, meski pada akhirnya aku harus dikeluarkan dari grup tersebut
dengan alasan yang tidak aku mengerti. Aku kesal sekali saat itu. Aku sudah
pertama dalam mengumpul tugas, tahunya tetap dikeluarkan. Mereka hanya
mengatakan, “Kita pembersihan dulu, ada sesuatu. Bagi yang keberatan, bisa chat
admin.”
Akhirnya aku memulai pencarian
baru. Kali ini ada banyak sekali kandidat grup yang ingin aku masuki, tetapi
aku hanya memilih satu. Entah bagaimana aku dapat menjatuhkan pilihan pada grup
tersebut, tetapi aku lumayan betah di sana. Awalnya di grup itu, aku merasakan
panas-dingin yang luar biasa. Berbeda dari grupku sebelumnya yang cukup santai,
di grup ini sedikit ekstrem dengan admin yang lumayan galak. Beruntungnya, aku dapat
bertemu dengan orang-orang yang bersedia berteman baik denganku dan
mendengarkan segala ceritaku. Satu di antara mereka sangat dekat denganku,
bahkan tidak tahu kabarnya sehari saja dapat membuatku uring-uringan. Meski kini
orang tersebut tidak lagi ingin bersamaku. Ada pula teman satu kotaku yang
sudah menjelma menjadi adikku.
Grupku ini mulai banyak
mengubahku, aku jadi kecanduan bermain Hp. Bahkan pada saat jam pelajaran, aku
berani main Hp. Semua keluh kesah, aku ceritakan pada grup ini. Layaknya
kelinci polos yang masuk ke dalam kendang singa. Hingga satu tahun lebih berada
di sini, banyak hal yang aku lalui. Akhirnya aku memutuskan untuk keluar
bersama satu temanku karena sebuah masalah. Keputusan itu adalah keputusan yang
sulit untuk kuambil karena mereka sudah seperti keluargaku. Namun, sikap tidak adil
di sana, membuatku harus pergi meninggalkan orang-orang yang kusayangi.
Selain grup yang aku ceritakan
tadi, aku memiliki grup-grup lain yang masih bertahan sampai sekarang. Ada total
tiga grup dengan proses seleksi alam yang sangat luar biasa. Meski berada dalam
grup-grup tersebut, aku masih merasa tidak memiliki grup. Keseluruhannya hampir
mati, jarang sekali ada percakapan antaranggota. Hanya ramai di awal. Materi,
tugas, dan yang lainnya tidak ada.
Mungkin benar kata teman dunia mayaku, tempat ini hanyalah pelarian dari
dunia nyata. Cepat atau lambat, kita semua akan pergi. Entah meninggalkan atau
ditinggalkan. Dan kita harus siap dengan kemungkinan paling buruk sekalipun.
Paragraf terakhir:(
BalasHapusdunia maya itu semu, sekalinya kita berlari ke dlmnya maka susah untuk kembali
BalasHapusKlo prinsip aku sih, jgn baperan dgn dunia maya ka😁
BalasHapusBtw, tulisan nya kena ke hati, kenapa y😅 seperti ada rasa pilu...
BalasHapusDunia maya itu seperti kecanduan mimpi dan tidak mau bangun dari tidur ya.
BalasHapusDunia maya itu, menjauhkan yang dekat, mendekatkan yang jauh.. 😁
BalasHapusNamanya dunia Maya tetap saja saja nggak nyata, sayang...tetap mencari isi untuk kekosongan itu ya... semoga silaturahim Genk Valetta berkelanjutan jadi keluarga 💖
BalasHapusKarena dunia hanya tempat singgah sementara
BalasHapus