Kisah-kisah baru terukir manis, akan lebih banyak lagi waktu
yang Sandi habiskan bersama Imelda. Gadis itu tidak hanya menemani Sandi,
tetapi juga memperkenalkannya dengan hakekat hidup yang selama ini Sandi
lupakan. Hannah dan Imelda adalah dua rasa yang berbeda dalam hidup Sandi.
Hannah yang dengan keluguannya membuat Sandi begitu mencintainya, sedangkan
Imelda merupakan teman yang baik, dewasa, dan sangat mengerti Sandi.
Beberapa kali Imelda mengajak Sandi untuk ikut dalam role play-nya, sebagai pria pemecah
teka-teki di balik kematian Hannah Baker. Pemikiran Sandi sekarang sudah lebih waras. Dia tidak lagi berpikir
bahwa kematian Hannah terjadi karena percobaan bunuh diri, melainkan takdir
Tuhan yang sudah dikehendakinya untuk terjadi.
Beruntungnya, tidak hanya dapat berteman baik dengan Imelda,
Sandi pun berteman dengan teman-teman Imelda. Imelda yang mendekatkan mereka dan
menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi di kali pertama mereka bertemu. Imelda
sangat ramah dan bersahabat, Sandi pikir itulah mengapa teman-teman Imelda sampai
hati memukuli Sandi ketika dia berbuat tidak sopan kepada Imelda.
Ah, Sandi malu jika mengingat saat itu.
“Hai,” sapa Imelda yang baru saja sampai dan duduk di
sebelah Sandi. Gadis itu tersenyum kepada Sandi, manis sekali.
Sandi membalas senyum tersebut. “Hai juga,” ucapnya, “Hannah
Baker.”
Sandi dan Imelda sama-sama terkekeh mendengar nama Hannah
Baker disebut. Bagi mereka, Hannah Baker adalah sesuatu yang unik dan mengikat
mereka hingga menjadi sedekat ini.
“Jadi, hari ini kita mau bermain apa? Hmm?” tanya Sandi
langsung pada intinya.
Imelda mulai teringat sesuatu. Segera dia merogoh tasnya dan
mengambil dua buah cutter. Satu cutter
diberikan kepada Sandi, sedangkan yang satu dia bawa.
“Benda ini—“ Sandi menatap Imelda dengan Intens. “Kamu
sedang tidak ingin mengajariku bagaimana cara Hannah Baker mengakhiri hidupnya,
‘kan?”
Imelda menggelengkan kepalanya. “Pikiranmu masih saja kacau,
ya, Sandi. Mana mungkin aku melakukan itu. Sekalipun ingin, pasti aku pilih-pilih
orang. Yang jelas kamu tidak masuk dalam kriteriaku,” jelasnya. “Aku hanya
ingin kamu bermain ‘memori’. Cara mainnya adalah kita menggambar atau menulis
sesuatu di sebuah pohon, sebebas kita. Biarkan memori yang menuntun kita untuk
mengukir sesuatu, mengalir saja. Permainan ini sedikit konyol, seperti usaha
menyakiti pohon yang tidak berdosa. Tapi, aku sudah pilih pohon spesial untuk
permainan kita.”
Sandi lantas menatap Imelda dan cutter yang dipegangnya secara bergantian. Ingin dia katakan bahwa
permainan Imelda sangat gila, mungkin juga aneh. Namun, begitulah Imelda.
Selalu memiliki cara-cara tak teduga dalam menciptakan peristiwa unik bersama
Sandi di setiap harinya.
“Baiklah, aku setuju dengan permainanmu. Mari laksanakan,” ucap
Sandi sembari bangkit dari posisinya.
Mereka berjalan mendekati sebuah pohon yang tampak usang.
Daunnya sudah tidak selebat biasanya, juga tidak setinggi pohon-pohon yang
mengelilinginya. Pada batangnya, terdapat beberapa sayatan yang tidak begitu
jelas terbaca.
Imelda memperkenalkan pohon tersebut kepada Sandi, berikut
dengan filosifinya mengapa sering dijadikan sebagai tempat mengukir sayatan.
Imelda pun memiliki nama sendiri untuk pohon tersebut, yaitu paulitz. Nama yang
cukup unik menurut Sandi, mengingat maknanya adalah pohon yang berserah diri
untuk menjadi elitz.
Sesi perkenalan selesai, Sandi dan Imelda mulai mengukir
sesuatu pada batang itu. Sudah pasti yang pertama diukir Sandi adalah nama
Hannah, si gadis istimewanya yang bukan lagi menjadi cinta sejatinya. Setelah
itu, dia mengukir nama Imelda dalam batang tersebut. Sementara Imelda sendiri,
menggambar sesuatu yang tidak Sandi mengerti.
“Suatu saat, kita akan datang ke sini dalam situasi berbeda,
tetapi dengan tingkat keharuan yang sangat tinggi,” kata Imelda setelah selesai
mengukir.
Sandi hanya membenarkan ucapan Imelda dengan anggukan
kepala.
“Nama Hannah pasti kamu ukir pertama. Selamanya dia tidak
akan terganti, ‘kan?” tanya Imelda
setelah selesai mengamati ukiran yang dibuat oleh Sandi.
“Ya, selamanya dia tidak pernah dapat terganti oleh siapa
pun. Dia sangat spesial. Sama seperti spesialnya tokoh Hannah Baker untukmu dan
teman-temanmu, Hannah-ku pun akan selalu kukenang.”
Tidak ada jawaban, Imelda hanya memberikan senyum tipis
kepada Sandi. Ekspresinya berubah sulit terdefinisi. Semangatnya yang membara,
berganti dengan wajah yang pucat.
“Ada namaku juga di sayatan ini, apa artinya? Apakah kamu
kelak tidak akan melupakanku layaknya kamu tidak dapat melupakan Hannah?” tanya
Imelda, setelah sebelumnya tidak menanggapi ucapan Sandi.
“Oh, ini iseng saja. Aku bingung harus menulis apalagi,
makanya aku menulis namamu karena kamu ada bersamaku,” jawab Sandi sekenanya.
“Ada alasan lain?”
Sandi berpikir sejenak. Kemudian menggeleng. “Tidak, itu
saja. Kamu temanku, jadi aku tulis namamu. Tidak ada alasan khusus.”
Imelda kembali terdiam mendengar jawaban Sandi. Kali ini dia
memalingkan wajahnya dari Sandi, membekap mereka dalam keadaan hening yang
menyiksa. Sebenarnya sedari tadi Sandi perubahan mimik mengamati Imelda yang
tidak seceria biasanya, tetapi dia tidak tahu bagaimana cara menanyakan hal itu
kepada Imelda. Sandi takut menyinggung Imelda.
Apakah Imelda sedang
ada masalah?
Ataukah dia sakit
Gigi?
“Ah, iya, bagaimana dengan gambarmu? Apa maksud dari
gambarmu itu?” Sandi berusaha mengusir keheningan dengan memberikan pertanyaan
mengenai gambaran Imelda. Entahlah, sebenarnya Sandi ingin bertanya tentang
perubahan sikap Imelda hari ini. Hanya saja pertanyaan yang keluar dari
mulutnya adalah pertanyaan mengenai gambaran Imelda pada sayatan pohon.
Imelda lantas mengubah posisi berdirinya, menutupi gambar
yang tadi dibuatnya. “Ini tentang perasaanku.” Imelda langsung menutup mulutnya
dengan dua jari setelah mengatakan itu, seperti salah tingkah. Setelahnya, dia
menyandarkan tubuh di pohon. “Gambarku tidak penting, hanya edisi iseng-iseng.
Aku tidak memiliki makna apa pun.
Sandi tidak percaya dengan itu, tidak mungkin orang melakukan
sesuatu tanpa punya alasan yang jelas. Orang makan saja memiliki alasan, yakni
karena dia merasa lapar. Jika Imelda mengatakan bahwa gambar ini tanpa makna,
berarti Imelda sedang berdusta kepada Sandi.
Baru saja Sandi ingin membuka mulutnya untuk menanyakan
tentang kecurigaannnya kepada Imelda, gadis itu tiba-tiba membungkam mulut Sandi
dengan sebuah pertanyaan.
“Jika aku katakan bahwa kamu telah menodaiku dengan mencuri
ciuman pertamaku, apa yang akan kamu lakukan?”
Bersambung ...
Hannah, cukup berjasa dlm kisah mereka
BalasHapusHah, kok bisa. Imelda, serius!
BalasHapusNice! Penasaran akut ini jadinya....😚
BalasHapusOmg🙈
BalasHapusOw Ow Ow hehe
BalasHapusUwuwwuwwwuu ... A lover!
BalasHapus