Mungkin
memang sudah menjadi jalan takdir kami, bertemu hanya untuk berpisah. Jika dulu
aku yang memutuskan untuk pergi, kini gadis itu yang harus pergi
meninggalkanku. Ini bukan keinginannya ataupun keinginanku, tetapi sudah
menjadi suratan takdir yang Kuasa. Kami bisa apa? Hanya dapat menerima dan
berharap dapat disatukan dalam lain kesempatan, di tempat yang lebih indah.
Rani
berkata, "Jangan pernah kamu bersedih atas perpisahan ini ataupun
menyalahkan keadaan atas apa yang ada. Percayalah bahwa hanya raga yang
menjauh, tetapi hati dan jiwa kita masih menyatu. Asal tidak ada yang berubah
secara total. Tersenyumlah dan jalani hidupmu seperti biasa. Janji, ya?"
Aku
menganggukkan kepala, meski hatiku masih setengah menerima. Aku dapat melihat di
balik binar bahagia Rani, ada kesedihan yang lebih dariku. Gadis itu hanya
mencoba berpositif terhadap keadaan.
"Jangan
pedulikan aku. Aku akan coba terbiasa sendiri, tanpa kamu. Namun, ketahuilah
bahwa hubungan kita terlalu membekas dan membuatku tidak ingin siapa pun
menggantikanmu kelak. Untuk itu, izinkan aku menjadi sosok baru yang tidak
pernah dekat dengan siapa pun. Sungguh, kehilangan orang yang kita sayangi
sangat menyakitkan," ucapku yang membuat Rani menghujaniku dengan
nasehat-nasehat bijaknya.
Hari
itu akhirnya kami habiskan dengan pertengkaran. Aku sama sekali tidak mau
mendengarkan perintah Rani untuk kembali melanjutkan hidupku tanpanya.
Keputusanku sudah bulat, aku akan menjadi sosok yang dibenci banyak orang
hingga tidak dekat dengan siapa pun agar tidak kembali mengalami fase
kehilangan. Rani marah besar dan berikrar untuk tidak mau lagi mengenal orang
berkepala batu sepertiku.
Maafkan
aku, Rani. Maafkan atas keegoisanku yang telah membuatmu pergi dengan amarah.
Andai kamu tahu, melupakan kehilangan telah menimbulkan trauma untukku. Bahkan
setelah bertahun lamanya, aku masih belum dapat melupakan hari di mana aku
kehilanganmu. Kamu begitu berarti.
Ini perpisahan antara 2 sahabat ya?
BalasHapusIya, Kak. Seratus. Ini memang tentang perpisahan dua sahabat.
HapusYahh ending nya nyesek😅😭
BalasHapusKarena hidup itu kejam, jadi harus dibuat nyesek 😁😁😁
Hapussinetron banget huhu ditunggu episode selanjutnya
BalasHapusHehe, iya 😊 Makasih, Kak 🙃
HapusMemilih bentengi diri daripada kehilangan lagi..uwoow uwoow..keren
BalasHapusIya, Kak. Semacam antisipasi kalau suatu saat harus kehilangan lagi.
HapusYaaah, sedih banget.
BalasHapusKarena yang sedih itu krenyes, Kak 😊
HapusEndingnya Aaaaa😅
BalasHapusMaafkan endingnya, Kak 😇😇
HapusIni fiksi apa non fiksi ya, semoga fiksi haha
BalasHapusIni fiksi ala curhatan hati penulis Kak, hehe
HapusEndingnya
BalasHapus😊😊😊
HapusYaaah jangan dibiarin pergi dong huhuhuu
BalasHapusAku sudah tidak sanggup lagi menahannya, takdir terlalu kejam 🤧
HapusKisah nyata kah ini? Heee
BalasHapusSebenarnya kisah nyata, tentang kehilangan sahabat yang sangat disayangi. Cuma adegannya aja yg dibuat-buat.
HapusHmm ... sad ending. Tapi entah kenapa aku suka cerita sad ending.
BalasHapussepertinya masih bisa sambung silaturahmi dengan saling kirim pesan dan menyampaikan rasa yang terpendam untuk memperbaiki keadaan
BalasHapus