"Perilakumu
masih seperti anak TK!
Perkataan
demikian sering kali keluar dari mulut orang tua, tanpa mereka sadari bahwa
perkataan seperti itu telah menyakiti hati anak. Anak tumbuh dari didikan orang
tua, sedikit banyak perilaku yang muncul darinya adalah cerminan dari cara
orang tua mendidiknya. Kebaikan dan keburukan anak menjadi tanggung jawab orang
tua, sampai anak menemukan pasangan yang mampu mengarahkannya menjadi pribadi
yang lebih baik.
Terkadang
manusia memiliki dua sisi berbeda, yang tentu tidak ditunjukkan kepada
sembarang orang. Perilaku kekanakan contohnya, tak pelak menjadi sifat dasar
anak. Tanpa sepengetahuan orang tua, dapat saja anak memiliki pola pikir kritis
yang masih tersembunyi. Hanya saja orang tua terlalu nyaman dari apa yang
mereka lihat dari anak, tanpa ingin menggali hal lain dari sang buah hati.
Permasalahan seperti ini
adalah hal sepele bagi orang tua, bahkan dengan mudah mereka lupakan. Namun,
beberapa anak kerap merasa sakit hati atas perkataan tersebut hingga mereka tumbuh dewasa.
Mental
anak yang tidak sama rata, menimbulkan penerimaan yang berbeda. Anak yang
berjiwa besar akan menerima perkataan pedas orang tua sebagai hal yang
memotivasi, tetapi anak yang mentalnya belum siap akan menerima kritikan
tersebut sebagai hal yang merendahkan dirinya.
Ketidakpekaan
orang tua terhadap perasaan anak menjadi faktor utama ketidakharmonisan
keluarga. Bagi anak, orang tua tidak mengerti apa yang diinginkannya. Jangankan
meminta sesuatu, berniat untuk mencurahkan isi hatinya pun enggan dilakukan
karena takut mendapat amarah.
Perkataan
yang mengatakan bahwa anak masih seperti anak TK, padahal dirinya sudah dewasa,
pun membuat anak merasa takut jika tidak dapat memenuhi kadar dewasa orang tua.
Apabila hal tersebut terus terjadi, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak
percaya diri dan jauh dari orang tua. Lebih parahnya, mereka akan lari ke dunia
luar dan rentan terseret pergaulan bebas.
Jika
ada pepatah yang mengatakan bahwa 'Mulutmu adalah Harimaumu', cocok untuk
menganalogikan permasalahan semacam ini. Perkataan yang mungkin keluar hanya
karena kesal, nyatanya mampu menerkam kepercayaan anak hingga tumbuh menjadi
pribadi yang takut terhadap dunia baru. Belum lagi jika perkataan tersebut
bersamaan dengan tekanan, akan menimbulkan efek yang mahadahsyat. Contoh saja
seperti stres berlebih dan perilaku menyakiti diri sendiri.
Menyikapi
hal seperti ini, orang tua harus mulai berbenah dengan melakukan pendekatan
psikologis kepada anaknya. Salurkan kasih sayang tidak hanya dengan perkataan
pedas, tetapi coba berikan kasih sayang secara lembut dan perlahan kenalkan
anak pada cara bersikap dewasa.
Ceritanya bagus kak ❤️
BalasHapusTerima kasih, Kak.
Hapus