Persahabatan layaknya bunga-bunga yang bermekaran indah menghiasi sebuah tempat. Tanpa bunga, sebuah tempat ialah sebatas bangunan yang berdiri kokoh, tanpa memiliki nilai estetika. Jangankan didatangi banyak orang, dilirik pun sudah beruntung.
Jika dikatakan bahwa aku adalah orang yang memiliki banyak sahabat, tentu tidak sepenuhnya tepat. Aku hanya beruntung saat memasuki tempat baru, datang seorang gadis yang tersenyum ke arahku dan mengajakku berkenalan. Jiwa-jiwa pendiamku masih lekat saat itu, hingga aku membalasnya dengan ekspresi biasa. Namun, entah karena apa, dia terus mendekatiku dan membuatku yakin bahwa dia adalah sahabatku.
"Jangan terus tertutup, aku ada untukmu," katanya sambil memberikan senyum manisnya.
Bukan hanya memberiku perhatian layaknya sahabat, dia juga mengerti bagaimana cara menyikapi tingkah anehku. Dia pula yang mengenalkanku pada teman-teman yang sama baik dengannya. Aku mulai bahagia bersamanya. Kisah persahabatan ini juga bukan lagi tentang aku dan dia, tetapi tentang kita semua.
"Kamu habis dari mana? Kok pas keluar kelas, ilang gitu aja?"
Aku membalasnya dengan senyuman dan berkata, "Tadi aku ada urusan sebentar."
"Ih, kamu ini. Kenapa enggak bilang? Aku kan bisa antar," kata sahabatku itu sambil memberi tatapan kesal.
Meski cukup protektif, aku tidak pernah merasa terkekang ketika bersamanya. Justru sebaliknya, aku merasa bahagia karena ada orang yang mau peduli denganku, sampai-sampai pisah sedikit aja tidak bisa.
Kami sudah terbiasa bersama. Membagi suka maupun duka, serta saling menyemangati satu sama lain. Kami pun terikat sebuah aturan bahwa di antara kami, harus ada yang membawa makanan setiap hari untuk dimakan ketika ada jeda kelas. Aku tidak pernah ada masalah dengan itu. Toh, melihat mereka saling berebut makanan lantas memakannya dengan lahap, sudah menciptakan bahagia.
Hidup memang tidak harus dilengkapi hal besar untuk menjadi bahagia, cukup hal kecil yang cenderung anehlah yang mampu menciptakan kebahagiaan tak terkira.
Menjadi bahagia semudah itu memang.
"Ayo ke kosku dulu, aku ingin memperlihatkan sesuatu kepadamu," ucap sahabatku ketika kami sedang jalan ke parkiran.
"Enggak dulu deh, aku mau langsung pulang."
"Ah, kamu ini, ngapain sih pulang cepat. Pokoknya kamu harus ikut aku." Dia menarik tanganku secara paksa dan aku terpaksa menurut.
Langit biru seakan menjadi saksi betapa bahagia ketika aku diperlakukan seperti ini. Sahabatku adalah orang yang paling melengkapiku, dia yang membuat hidupku terasa lebih berwarna. Mungkin orang berpikir bahwa hidup sendiri jauh lebih menyenangkan. Namun, percayalah dengan kehadiran sahabat, kita akan lebih belajar cara mensyukuri hidup.
Aku dan sahabatku memang tidak dapat terus sedekat ini karena pasti hadir hal-hal kecil yang akan membuat kami bertengkar. Satu harapanku jika hal itu terjadi, semoga pertengkaran kami tidak akan berlarut-larut dan bertujuan untuk merekatkan persahabatan kami.
Salam persahabatan.
Posting Komentar
Posting Komentar